Bertumbuh di Lower East Side Detroit, dua kecintaan terbesar Gordy adalah bertinju dan jazz. Ketika ia lulus dari Northeastern High School di tahun 1948, awalnya Gordy telah siap untuk mulai bertinju. Tetapi setelah memenangkan 15 Golden Gloves, karirnya sebagai seorang petinju terhenti ketika ia terdaftar untuk bertempur pada konflik Korea. Setelah perang, Gordy sudah terlalu tua untuk melanjutkan bertinju, maka ia berpaling kepada cintanya yang lain, membuka sebuah toko rekaman musik khusus musik jazz. Sayangnya, Gordy gagal memperhatikan bahwa para kaum kulit hitam di Detroit khususnya tidak tertarik pada jazz. Mereka ingin mendengar rock ‘n' roll. 3-D Record Mart milik Gordy bangkrut setelah bertahan hanya selama dua tahun.
Setelah kegagalan awal ini, Gordy sebenarnya tak berkeinginan menerima sebuah pekerjaan di Ford Motor Co., memasang kain pelapis di otomobil Lincoln. Tetapi ia tidak menyerah begitu saja akan mimpinya berkarir di musik. Ia mulai mendengar rock 'n' roll dan mulai menulis beberapa lagu dengan style tersebut, yang ia coba jual kepada para penyanyi lokal dan label-label musik. Ia mendapatkan beberapa kesuksesan, tetapi gebrakannya datang ketik ia menarik perhatian penyanyi Jackie Wilson, yang merekam "Reet Petite" karya Gordy dan yang legendaris "Lonely Teardrops." Baik kedua lagu itu menjadi hits instan, dan berdasarkan kesuksesan mereka, Gordy keluar dari pekerjaan $85 per minggunya di Ford dan muncul sebagai produser independen.
Tetapi meskipun dengan dua lagu hit di ikat pinggangnya, Gordy masih sangat jauh dari kesuksesan finansial. "Sebagai penulis, saya memiliki masalah mendapatkan uang sewaktu saya membutuhkannya," jelasnya. "Saya bangkrut meskipun memiliki rekaman-rekaman hit." Dalam satu kasus, sebuah penerbit New York menolak untuk membayar Gordy. Dinasihati bahwa biaya untuk menuntut penerbit tersebut akan menghabiskan lebih banyak uang daripada royalti yang didapatkan jika menang, Gordy memutuskan untuk membiarkan kehilangannya. Tetapi insiden tersebut mengajarinya sebuah pelajaran penting mengenai industri musik: Jika Anda tidak memiliki kendali, Anda tidak memiliki kuasa.
Untuk memiliki kendali yang ia butuhkan, Gordy memutuskan untuk memulai perusahaan rekamannya sendiri. Meminjam $800 dari keluarganya, ia mendirikan Hitsville USA pada 1959. Hit besar pertama dari label muda yang siap bersinar ini adalah "Way Over There" oleh William "Smokey" Robinson - seorang penyanyi remaja yang Gordy temukan di pojok jalan. Di bawah pengarahan Gordy, Robinson dan grup-nya, the Miracles, dengan cepat menjadi sebuah sensasi, menarik performer hitam muda lainnya ke perusahaan rekaman berusia muda tersebut. Dalam tiga tahun, para performer Gordy yang stabil bertumbuh termasuk sejumlah pencapai puncak chart, seperti Mary Wells, the Marvelettes, Marvin Gaye, the Contours, the Prime (yang Gordy ubah namanya menjadi Temptations), dan bocah buta berusia 9 tahun bernama Stevie Morris-yang lebih dikenal sebagai Stevie Wonder. Pada 1960, Gordy telah memproduksi tidak kurang dari 5 rekaman hit dan mengubah nama perusahaannya menjadi Motown, sebuah singkatan dari julukan Detroit, Motor Town.
Menyusuri klub-klub malam dan setiap sudut jalanan dari Detroit, Gordy menemukan masukan talenta tak terbatas, para performer hitam muda, termasuk The Four Tops, Diana Ross and the Supremes, dan Martha Vandella and the Spinners, semuanya yang dengan cepat ia ajak tanda tangan kerjasama dengan Motown Records. Pada 1966, tiga dari empat yang dirilis Motown menjadi hit single di top chart. Perusahaan tersebut sangat sukses hingga Gordy membuka Tamla-Motown Records di London pada 1965. Hits-hits tersebut berlanjut tanpa sengaja, dan Motown pun berlanjut dengan mendominasi chart-chart pop sepanjang 1960an.
Pada 1970an membawa serangkaian perubahan pada Motown, tidak semuanya menjadi lebih baik. Gordy memindahkan operasi-operasinya dari Detroit ke jantung dunia hiburan - Hollywood. Gordy mencabangkannya, mendirikan sebuah divisi perfilman yang film pertamanya, "Lady Sings the Blues," sebuah biografi dari legenda blues Billie Holiday yang dibintangi Diana Ross, yang mendapatkan sukses baik komersil maupun kritik. Gordy juga membuatg rencana untuk memproduksi show-show Broadway, spesial televisi dan film-film televisi. Pada 1973, Gordy resign sebagai presiden dari Motown Records untuk mengepalai Motown Industries, payung perusahaan besar yang mengawasi semua anak perusahaannya. Tetapi sebagaimana Gordy mencapai sukses dari usaha-usahanya, Motown Records mulai kehilangan pegangan dalam chart-chart pop sebagaimana kebanyakan bintang-bintang besar labelnya mulai meninggalkan berpindah ke perusahaan lain dan talenta-talenta baru tampaknya kurang memiliki "khas" Motown yang karenanya Motown dikenal. Dalam waktu dekat, tidak ada lagi hits yang muncul.
Pada 1988, Gordy menjual Motown kepada MCA dan grup investasi Boston Ventures untuk $61 juta. Di tahun yang sama, ia masuk dalam Rock and Roll Hall of Fame. Sekarang, Gordy dikenal aktif dalam industri hiburan, menulis lagu-lagu, memproduksi rekaman-rekaman dan bekerja dengan Motown Historical Museum yang baru saja berdiri di Detroit.
Meskipun Motown tidak lagi mendominasi chart-chart sebagaimana dahulunya, dampak Gordy dalam industri musik tidak bisa berlebihan. Sound Motown telah mempengaruhi semuanya dimulai dari the Beatles dan the Rolling Stones hingga pencapai puncak chart sekarang seperti Janet Jackson dan Paula Abdul. Seorang pionir sejati, Gordy membentuk tidak lebih dari era putaran rock ‘n' roll mengagumkan dari para artis, pemusik, penulis lagi dan produser, dan dalam mengejar mimpinya, ia telah membawakan dua ras bersama dalam satu musik.
Sumber : entrepreneur.com